banner 728x250

Bangka Belitung Komitmen Perkuat Cadangan Pangan

banner 468x60

Pangkalpinang. gayortinews.com – Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung bersama pemerintah kabupaten dan kota berkomitmen untuk terus menjaga ketersediaan pangan masyarakat. Salah satu upaya mewujudkan komitmen tersebut adalah dengan memperkuat cadangan pangan pemerintah daerah (CPPD).

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Edi Romdhoni SP MM mengungkapkan penguatan CPPD menjadi kewajiban semua pemerintah daerah dalam rangka menjamin ketesediaan stok pangan untuk warganya.

“Makanya kabupaten dan kota melalui dinas teknis yang menangani urusan pangan setiap tahun mengusulkan kepada TAPD (Tim Anggaran Pemerintah Daerah-red) tentunya melalui persetujuan Banggar (Badan Anggaran DPRD-red) menambah sedikit demi sedikit cadangan pangan,” kata Edi kepada distan, Rabu (03/08/2022).

Menurut Edi idealnya pemerintah daerah menyediakan pangan sekitar 90 hingga 100 ton per tahun. Jumlah tersebut merupakan batas minimal yang dianggap aman jika terjadi kondisi darurat di daerah tersebut.

“Penggunaannya untuk kondisi darurat seperti bencana alam. Jika tidak digunakan maka disimpan di gudang Bulog karena kita bekerja sama dengan Bulog,” ujar Edi.

Sementara itu Kepala Bidang Ketahanan Pangan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Sulastri SP MM mengatakan stok beras Provinsi Kepulauan Bangka Belitung saat ini hanya 39,175 ton. Padahal stok beras ideal untuk daerah ini sebanyak 117 ton sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Menteri Petanian Nomor 11 Tahun 2011.

“Melihat hal ini stok yang dimiliki Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung masih jauh dari kata ideal,” kata Sulastri ketika membuka Rapat Koordinasi Cadangan Pangan Pemerintah Daerah Tahun 2022 di Kantor Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Rabu (03/08/2022).

Karena itu Sulastri berharap pemerintah daerah menganggarkan dana cadangan pangan yang lebih besar. Ia mengatakan stok cadangan pangan sangat penting bagi daerah terutama jika terjadi kekurangan pangan, gangguan pasokan dan keadaan darurat.

“(Apalagi) saat ini dunia dipengaruhi oleh produksi pangan yang fluktuatif, perubahan iklim yang ekstrim, pandemi Covid-19, ketidakpastian situasi global karena perang dan disrupsi pasokan, salah satunya akibat kasus penyakit mulut dan kuku pada sapi,” tandasnya.* (Redi S.)