NGAWI, GayortiNews.com || Sebuah lembaga pendidikan yang mengusung konsep seni dan budaya akan segera hadir di bumi Ngawi Ramah. Sekolah seni budaya di bawah naungan yayasan pendidikan Raden Syahid Ngawi akan segera diluncurkan dalam kurun waktu setahun mendatang.
Secara simbolis, groundbreaking atau peletakan batu pertama lembaga pendidikan yang berfokus pada seni dan budaya pertama di Kabupaten Ngawi itu dilaksanakan di Dusun Pramesan, Desa Ngale, Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi, pada Rabu (25/01/2023).
Peletakan batu pertama dilakukan oleh Bupati Ngawi Ony Anwar Harsono, bersama dengan ketua yayasan pendidikan Raden Syahid Ngawi Miftahul Huda, serta sejumlah tokoh di Kabupaten Ngawi.
Batu berwarna hitam legam, berbentuk semacam umpak dibenamkan dalam lubang yang telah disediakan. Usai dibenamkan dalam tanah, ditaburi bunga dan disiram dengan air kembang, sambil diiringi lantunan salawat nabi selama proses berlangsung.
Bupati Ony dalam sambutannya manyatakan apresiasi atas rencana pembangunan sekolah seni budaya di Kabupaten Ngawi. Menurutnya kehadiran sekolah seni budaya akan memberikan pendidikan budi pekerti dan karakter yang baik untuk anak-anak generasi mendatang di Kabupaten Ngawi.
“Insya Allah dengan kesenian, akhlak dan budi pekerti anak-anak kita jadi semakin santun, semakin hormat kepada orang tua, semakin ramah. Dan Insya Allah menjadi niat Pemerintah Daerah Kabupaten Ngawi, menjadikan generasi penerus yang soleh solehah, punya budi pekerti yang luhur dan ramah,” kata Bupati Ony dalam sambutannya.
Sementara itu, Miftahul Huda pimpinan Yayasan Pendidikan Raden Syahid Kabupaten Ngawi menjelaskan, sekolah seni budaya yang akan dibentuk itu nantinya akan setara dengan jenjang pendidikan setingkat SMP. Namun tidak menutup kemungkinan akan dibentuk setara dengan SMK atau tingkat menengah.
Sekolah seni budaya yayasan pendidikan Raden Syahid, kata Huda, nantinya tetap akan menjalankan kurikulum pendidikan umum atau akademik seperti sekolah pada umumnya. Akan tetapi, keunggulan dari lembaga pendidikan ini akan ada porsi khusus untuk kurikulum seni dan budaya. Termasuk mencakup tata krama dan adat istiadat luhur Bangsa Jawa, seperti unggah ungguh, dan lainya.
“Kita tidak meninggalkan pembelajaran yang memang wajib untuk akademiknya, tetapi secara khusus ada pembinaan bahasa Jawa, kemudian tata krama, unggah ungguh akan diajarkan. Kurikulum tetap mengikuti apa yang diwajibkan negara. Tetapi untuk ekosistem pendidikannya menggunakan seni dan budaya,” kata Huda kepada GayortiNews.com
Wartawan : Wisnu
Editor : Emon